Seperti kata pepatah "Orang Sabar Pantatnya Lebar". Buat Anda yang memiliki tingkat kesabaran minimal, berobat menggunakan BJPS Kesehatan bagaikan ujian tingkat dewa yang harus dilalui. Tapi dijamin level kesabaran Anda akan bertambah tiga tingkat setelahnya. Selamat mencoba.
Hampir saja saya lupa kalau saya memiliki blog yang isinya suka-suka saya mau nulis apa. Tetapi, pengalaman berobat menggunakan BPJS Kesehatan membuat saya teringat kembali blog yang telah terabaikan ini. Bahkan, keinginan untuk menulis timbul ketika masih dalam sesi berobat yang bagai tanpa akhir. Hanya kondisi badan yang tidak fit yang mampu mencegah saya untuk membuka laptop, duduk di lantai ruang tunggu rumah sakit, dan langsung menuliskan cerita ini.
Semua berawal dari liburan saya ke Bandung akhir September 2016 lalu. Karena tidak mendapat izin cuti, saya harus masuk kerja dulu setengah hari, lalu kemudian pulang menjemput suami dan anak. Istirahat 1-2 jam di rumah, langsung berangkat ke Kota Kembang mengunjungi nenek dan kakek di sana. Seperti biasa, sebagai pembalap, saya lah yang menyetir mobil ke Bandung, suami duduk anteng berperan sebagai navigator.
Tiga hari di sana tidak terasa maksimal karena ketika tiba di rumah nenek pada Jumat malam, perut kanan bawas terasa nyeri. Nyeri itu tidak kunjung hilang, melainkan semakin terasa. Tidur menghadap kanan tidak bisa, jalan seperti oma-oma, kaki ditekuk pun sakit sekali. Usus buntu sempat terpikir oleh saya.
Petualangan BPJS - Day 1
(foto dok. internet)
Singkat cerita, hari Senin saya pun sudah kembali bekerja. Saya menyempatkan diri untuk memeriksakan kondisi tersebut ke klinik kantor. Dokter klinik langsung memberi saya surat pengantar ke IGD karena kecurigaan yang sama dengan saya, usus buntu. Berbekal surat itu, saya mengunjungi RS andalan saya, Eka Hospital. Dalam perjalanan saya masih galau apakah akan menggunakan BPJS atau berobat seperti biasa. Namun ketika teringat potongan BPJS yang lumayan setiap akhir bulan, saya pun ogah rugi dan berniat menggunakan BPJS. Sekalian test & trial. Sayangnya, Eka Hospital BSD tidak menerima pasien BPJS. Saya pun memutuskan untuk pulang ke rumah dulu untuk kemudian mengunjungi RS dekat rumah.
(foto dok. internet)
Kunjungan kedua, saya mendatangi RSUD di dekat rumah. Pikir saya, karena memiliki pegangan surat pengantar IGD dari dokter Klinik, saya bisa langsung ke RS tanpa harus ke klinik tingkat satu di urutan BPJS. Saya langsung mendatangi IGD, menunjukkan surat pengantar dan menunggu reaksi dari petugas IGD. "Tempat tidur kita penuh Bu, tunggu di kursi roda ya."
Setelah sempat terpana sepersekian detik, saya pun tertawa. Saya katakan, kondisi saya masih bisa berdiri, masih bisa menyetir, bahkan masih bisa tertawa. Saya tidak butuh kursi roda, saya butuh diagnosa atas penyakit saya. Kembali petugas mengatakan, untuk diagnosa butuh waktu, karena IGD penuh. Kalau mau ke daftar di poli saja dan antri ketemu dokter. Well, dari sini saja saya sudah mengernyitkan dahi. Kalau memang benar saya menderita usus buntu, betapa daruratnya kondisi saya harus ditangani. Lalu saya pun keluar dari RS tersebut dan berniat mendatangi faskes tingkat 1 yang terdaftar di BPJS Kesehatan saya.
(foto dok, internet)
Dokter di Klinik Faskes 1 sama sekali tidak memeriksa saya, saya langsung diberikan rujukan ke RSU untuk bertemu spesialis bedah, yang jadwal prakteknya baru esok hari. Jadilah di hari pertama petualangan BPJS, saya sudah mengunjungi 2 RS dan 2 klinik dan belum mendapat diagnosa penyakit. SAYA SAKIT APA SIH?
Petualangan BPJS - Day 2
(foto dok. internet)
Hari kedua, sudah mendapatkan izin sakit dari kantor, saya pun siap berpetualang tour de hospital. Saya menuju ke RSU rujukan dari faskes 1, saya bertemu dengan dokter spesialis bedah. Alhamdulillah dokternya baik dan sangat ramah, Saya di cek tapi tetap belum ketahuan penyakitnya. Saya kembali dirujuk ke RS besar untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu USG yang dijadwalkan lagi-lagi keesokan hari.
Kemungkinan usus buntu bertambah dengan hernia dan juga cedera otot. Antibiotik dan penghilang rasa nyeri pun diresepkan oleh dr. Ramah (bukan nama sebenarnya tentunya). Ditambah surat istirahat agar saya bed rest di rumah. Pertanyaan yang sama masih tersimpan di benak saya, SAYA SAKIT APA SIH?
Petualangan BPJS - Day 3
(foto dok, internet)
Janji dengan dr. Ramah di RS besar pk. 10.00, saya sudah sampai di sana pk. 09.00. Begitu sampai, saya diminta untuk mengambil antrian pasien BPJS, dan nomor yang keluar adalah 119. Siap-siap duduk manis menunggu, saya pun terhenyak ketika nomor yang dipanggil baru mencapai 38. Saya merasa iba kepada mereka yang membutuhkan penanganan segera namun harus mengantri terlebih dahulu untuk dapat bertemu dokter. Sedih.
Pk. 12.00 baru saya dapat bertemu dengan dr. Ramah, tapiiiii....karena antrian BPJS, saya dijadwalkan untuk USG 5 hari kemudian. Yes, 5 hari! Saya pun tersenyum lebar, malah tertawa kecil. Ini kalau benar sakit usus buntu, mungkin saya sudah "lewat" saat masa tunggu USG tersebut. Merasa pasrah dan mungkin karena efek obat yang diberikan, nyeri perut bawah kanan saya pun tidak terlalu mengganggu. Positive thinking ini bukan usus buntu, saya memutuskan untuk bekerja keesokan harinya, walaupun surat sakit saya diteruskan sama saat USG nanti.
Sialnya, saya alergi dengan antibiotik yang diberikan. Timbul luka-luka seperti melepuh di pinggang dan telapak kaki yang rasanya perih bukan main. Ditambah, sekujur tubuh saya terasa sakit bila disentuh seperti ada lecet, namun tidak ada. Malas untuk minta tukar obat, saya nekad tetap minum obat yang diberikan sampai habis.
Petualangan BPJS - Day 4
Hari USG pun tiba. Selama 5 hari menunggu, nyerinya semakin memudar, walau tidak sepenuhnya hilang. Benar saja, hasil USG menyatakan jeroan saya sehat. Alhamdulillah. Setelah USG harus bertemu kembali dengan dokter spesialis bedah, dr. Ramah. Maka saya pun kembali mengambil nomer antrian pasien BPJS. Saya mendapat nomor antrian 100, ketika yang dipanggil baru nomer 25. Sabaaaaar.
Dr. Ramah melihat hasil USG yang diberikan oleh bagian radiologi dan memutuskan bahwa bukan usus buntu ataupun hernia yang saya alami. Kemungkinan besar adalah cedera otot. Katanya, "Sebaiknya bertemu dengan spesial syaraf, Bu." -- yang prosesnya adalah mengulang Petualangan BPJS dari Day 1.
Terima kasih Pak Dokter, tapi saya sehat kok!
PS: ujungnya, sebenarnya pertanyaan utama cerita ini belum terjawab, yaitu: SAYA SAKIT APA SIH? Suka-suka kalian lah. Penyakitnya aja suka-suka dia mau apaan.
Setelah mengunjungi 6 klinik/RS dan menghabiskan satu minggu untuk mencoba menjadi pasien BPJS yang baik dan benar, kesimpulannya: BPJS Kesehatan, hanya untuk orang sabar.
Anastasia Ratih P. Tyas
Suka-suka Ratih
Kamis, 20 Oktober 2016
Senin, 12 Desember 2011
Relaxation and Privacy in True Balinese Luxury
Jauh dari pusat keramaian, berada di ketinggian tebing dengan pemandangan ke laut lepas yang menenangkan. The Hill Villas, tempat “pelarian” sempurna bagi yang mendambakan kedamaian dan relaksasi total dalam kemewahan.
Apa yang ditawarkan oleh Bali? Pulau Dewata ini memang banyak sekali menawarkan kesenangan sehingga menjadi destinasi favorit kebanyakan orang untuk berlibur, baik bersama teman, keluarga, atau pun bedua dengan pasangan. Sebegitu favoritnya, sampai-sampai saat ini Bali selalu dipenuhi wisatawan, baik lokal maupun asing. Jalanan menuju tempat-tempat favorit sudah dapat dipastikan tersendat atau malah macet total.
Buat saya, Bali sudah seperti rumah kedua karena seringnya saya ke sana. Lucunya, perjalanan saya ke Bali selalu dalam rangka bisnis, tidak pernah untuk leisure. Jadi, lupakan belanja, jalan-jalan ke pantai, nongkrong di cafe, apalagi clubbing. Semua itu tidak pernah ada dalam agenda kunjungan saya ke Bali, walaupun saya selalu berada di sana lebih dari tiga hari.
Yang saya butuhkan adalah tempat peraduan yang nyaman, di mana saya bisa mengistirahatkan tubuh dan pikiran setelah seharian beraktivitas dengan jadwal meeting yang padat. The Hill Villas Nusa Dua memberikan lebih dari apa yang saya butuhkan, ketika saya kembali mengunjungi Pulau Dewata. Ketenangan, kenyamanan, privacy, yang dibungkus dalam kemewahan. Sempurna!
Berada di ketinggian Bukit Mumbul, Nusa Dua, The Hill Villas memiliki view yang sangat indah. Namun, jujur saja, saat pertama kali datang ke sana, lokasinya yang jauh dari pusat keramaian, membuat saya sempat tersesat dan tidak menemukannya. Tersembuyi di balik rimbunnya pepohonan, kesan pertama begitu melihat The Hill Villas adalah damai.
dok.internet
Dengan konsep private villa, tiap vila di desain dengan perpaduan gaya modern dan tradisional yang menyatu dengan alam, menciptakan atmosfer kedamaian absolut. Percaya atau tidak, itulah yang saya rasakan. Seketika, rasa lelah dan penat terhapus hanya dengan memandang hijaunya pepohonan dan birunya laut di kejauhan. Tak sabar rasanya untuk segera beristirahat di one-bed room villa, karena memang saya hanya sendiri.
Selain kemewahan yang dikemas dalam bentuk desain keseluruhan properti dan furniture-nya, The Hill Villas juga siap memanjakan para tamunya dengan personal buttler service yang siap melayani kapanpun dibutuhkan. Perawatan spa dan sesi privat yoga dapat dilakukan di dalam vila, untuk merasakan sensasi relaksasi total. Sayang, karena begitu sibuknya, saya tidak sempat menikmati kemewahan itu. Namun, justru hal tersebutlah yang membuat saya ingin kembali lagi ke The Hill Villas, kali ini harus bersama keluarga tercinta dalam rangka berlibur.
dok internet: the villa
Selain one-bed room villa, terdapat juga two-bed rooms dan three-bed rooms villa di The Hills Villa, dengan pelayanan dan kemewahan yang setara. Uniknya, walaupun terdiri dari dua atau tiga kamar, privacy tetaplah yang utama karena masing-masing kamar berada di dalam bangunan terpisah. Selain itu, pengalaman kuliner yang istimewa juga diberikan The Hill Villa. Kita bisa menikmati sarapan, makan siang, dan malam di dalam villa yang khusus dimasak oleh chef The Hill Villas dengan bahan-bahan makanan yang terbaik. Grill, barbekyu, atau makan malam romantis, silakan pilih. It’s heaven on earth!
The Ideal Getaway to Bandung with Easy Access
Berada tepat setelah gerbang tol Pasteur, “pintu masuk” favorit ke Bandung. Aston Pasteur pilihan tepat bagi para pebisnis ataupun mereka yang datang ke Kota Bunga untuk liburan keluarga.
Bandung, lagi-lagi Bandung. Kota yang satu ini memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Segala sesuatu dari kota ini memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri, mulai dari sarana rekreasi keluarga, tujuan wisata kuliner, sampai belanja produk fashion dengan harga miring. Karena jaraknya yang tidak jauh dari Jakarta, tidak heran Bandung menjadi destinasi favorit warga ibu kota untuk berlibur di akhir pekan.
Beragam pilihan tempat menginap pun ada di sana. Mulai dari hotel bintang lima, sampai losmen sederhana, yang ada di dataran tinggi ataupun di tengah kota, semuanya memiliki pangsa pasarnya masin-masing. Dan, biasanya, para pecinta kota ini memiliki tempat menginap favorit, yang selalu rutin dikunjungi setiap kali berlibur ke Bandung.
Walaupun begitu gencarnya pembangunan hotel di sana, dengan beragam keunikan dan keunggulan fasilitas yang ditawarkan, Aston Primera Pasteur Bandung selalu mendapat tempat di hati saya karena lokasinya yang begitu strategis. Berlokasi prima di Jalan Junjunan tepat setelah gerbang tol Pasteur dari arah Jakarta, cukup 10 menit dari Bandara Bandung, 15 menit berkendara dari Stasiun Kereta Api Bandung, dan hanya 10 menit dari area belanja dan pusat jajan terdekat.
dok.internet: Aston Primera Bandung
Dua kali saya menginap di sana, dengan tujuan yang berbeda, yaitu bisnis dan liburan keluarga. Jadi saya tahu benar, Aston Primera ideal untuk mereka yang datang ke Bandung dalam rangka bekerja maupun yang sedang berlibur. Sudah tidak diragukan lagi bahwa Aston Primera Pasteur Bandung adalah hotel bisnis berbintang empat dengan konsep modern-kontemporer, didukung dengan fasilitas kamar dan ruang meeting berteknologi tinggi.
Setiap kamar mengusung konsep desain modern yang nyaman dan dilengkapi fasilitas lengkap, seperti LCD TV dengan sistem IPTV, di mana kita dapat menonton 68 channel pilihan, memesan makanan dan minuman, serta mengakses internet via televisi. Di Aston Primera juga terdapat fasilitas untuk penyelenggaraan berbagai acara berupa 10 ruang meeting dan 2 ruang pertemuan termasuk sebuah ballroom megah yang mampu mengakomodir hingga 1500 orang.
Masing-masing ruangan meeting dilengkapi dengan perlengkapan canggih untuk memenuhi kebutuhan termasuk akses internet dan Wi-Fi berkecepatan tinggi, layanan telekonferensi melalui telepon dan video dengan sistem operasi Smart Control, ditambah lagi area parkir yang mencukupi sampai dengan 400 mobil.
Berlibur bersama keluarga? Karena agenda liburan yang padat, dengan banyaknya arena rekreasi keluarga di daerah Bandung atas yang ingin dikunjungi, kembali Aston Primera Pasteur yang saya pilih karena pertimbangan lokasinya yang strategis. Tidak tanggung-tanggung, saya mengajak serta sembilan anggota keluarga, termasuk anak dan keponakan saya yang masih di bawah 5 tahun, dan menginap di tiga kamar tipe Deluxe Room selama 3 hari 2 malam. Di Aston Primera, ekstra bed untuk anak di bawah usia 5 tahun free of charge.
Menikmati masakan bercitarasa tinggi yang disediakan di Ambassador Coffee Shop, barbeque night yang rutin dilakukan setiap Jumat malam di area pool side, atau hanya sekadar duduk-duduk santai di Primera Lounge & Bar sambil ditemani musik live sambil menikmati minuman dan makanan ringan. Itulah yang saya dan keluarga lakukan ketika ada waktu luang saat menginap di Aston Primera Pasteur Bandung.
Experience a Balance in Life
Menikmati sejuta pesona kota Bandung terasa lebih sempurna dengan menginap di The Papandayan Hotel. Liburan bersama keluarga menjadi istimewa dengan kenyamanan dan kemewahan yang ditawarkannya.
Mendengar nama “Bandung”, apa yang terlintas di benak Anda? Wisata kuliner, jalan-jalan, weekend, shopping, dan masih banyak lagi kesan dari Kota Bunga yang tersimpan di benak kita. Beragam kesenangan dapat kita temukan dan nikmati di Bandung. Tak heran, kota ini kerap dijadikan destinasi wisata akhir pekan, khususnya bagi warga Ibu Kota.
Begitu banyaknya tempat makan di Bandung, dan terus bertambah dengan inovasi-inovasi kuliner yang membuat orang penasaran, membuat kota ini menjadi salah satu tujuan wisata kuliner bagi mereka yang doyan makan. Deretan factory outlet (FO) yang berlomba menawarkan beragam produk fashion dengan harga miring, tidak jarang menjadi tujuan utama orang-orang datang ke Bandung. Ditambah lagi, sekarang ini Bandung mulai dijamuri theme park yang wajib dikunjungi oleh para keluarga untuk berekreasi.
Saya tidak memungkiri, sering kali saya ke Bandung tanpa direncakanan. Baik itu mengunjungi kakek dan nenek yang tinggal di sana dan menginap 1-2 malam, ataupun hanya perjalanan satu hari pergi-pulang, karena Bandung dapat ditempuh hanya dengan 2 jam perjalanan menggunakan mobil dari Jakarta. Sama seperti kebanyakan orang lain yang datang ke Bandung, wisata kuliner, rekreasi, dan shopping menjadi agenda perjalanan saya. Namun kali ini, saya sengaja membuatnya lebih istimewa dengan tambahan kenyamanan dan kemewahan dari The Papandayan Hotel.
dok.internet: The Papandayan Hotel
Untuk itu, dari satu bulan sebelumnya saya sudah menyiapkan perjalanan ini. Kebetulan momen libur Lebaranlah yang saya ambil untuk berlibur ke Kota Kembang. Superior Suite The Papandayan Hotel menjadi pilihan saya dan keluarga untuk menghabiskan 3 hari 2 malam di Bandung. Selain dekat dengan rumah kakek-nenek, letaknya yang berada di pusat kota, yaitu Jl. Jend. Gatot Subroto 83, memudahkan kami untuk mengatur itinerary liburan. Maklum, jalanan Bandung saat akhir pekan dan hari libur biasanya selalu macet, tidak kalah dengan Jakarta.
The Papandayan Hotel, sebuah hotel bintang 5 di Bandung, yang mengusung desain classic elegance pada arsitektur bangunan dan interiornya, menawarkan konsep baru paduan kenyamanan dan kemewahan, serta keramahan para stafnya yang mencerminkan budaya Jawa Barat. Memiliki 172 kamar, termasuk suites, yang kesemuanya didesain menggunakan elemen batu dan kayu dengan sentuhan seni budaya yang apik. Termasuk kamar tempat kami menginap, Superior Suite.
Terletak di lantai 5, Superior Suite dan kamar suite lainnya memiliki keistimewaan yang menjadikan liburan kami sangat menyenangkan. Para tamu kamar suite memiliki butler service khusus yang siap melayani kapan pun. Selain itu, di lantai yang sama terdapat Executive Lounge, sebuah lounge yang nyaman dan mewah dengan pemandangan pegunungan terpapar cantik dari jendela kaca yang mengelilingi ruangan tersebut. Kami dapat melakukan personal check in di sana, sekaligus menikmati hidangan high tea yang tersaji dari pukul 16.00-20.00 setiap harinya.
dok.internet: Executive Lounge
Memasuki Superior Suite, di sinilah kenyamanan dan kemewahan yang ditawarkan The Papandayan Hotel mencapai klimaks. Terbagi menjadi dua area utama, bed room dan living room yang digabung dengan dining room, kamar ini memiliki luas keseluruhan lebih dari 32 meter persegi. Tata letak dan pembagian ruangnya menampilkan kesan elegan dan mewah, didukung dengan furnitur berkelas yang kenyamanannya tidak perlu lagi dipertanyakan.
dok internet: Superior Suite
Seakan belum cukup memberikan layanan berkelas kepada tamunya, di The Papandayan Hotel menjadi satu-satunya hotel bintang 5 di Bandung yang memiliki fine dining restaurant, Cantigi Fine Dining. Terdapat juga Pago Restaurant sebuah restaurant dengan konsep yang lebih kasual dan menyajikan aneka pilihan sajian menu internasional, asia, dan Indonesia. Jangan lupa melakukan relaksasi di Mirten Lounge yang menyajikan aneka mocktail, cocktail, dan wines pilihan dan menikmati perawatan di Edelweiss Spa, Fitness Center and Beauty Salon, untuk mengisi waktu luang saat menginap di sana, seperti yang juga saya lakukan.
dok.internet: Pago Restaurant
Liburan keluarga di Bandung kali ini memang terasa lebih istimewa dengan menginap di The Papandayan Hotel. Bagi saya, keseimbangan dalam hidup adalah sesuatu yang harus setiap orang miliki. Setelah melakukan tanggung jawab pekerjaan dengan sungguh-sungguh, sudah sepatutnya kita juga melakukan relaksasi dan rekreasi dengan semangat yang sama. Wujudkan keseimbangan itu bersama The Papandayan Hotel, tempat kenyamanan dan kemewahan berkolaborasi dengan indah.
Enjoy The Green Environment at The Heart of Jakarta
Menikmati hijaunya taman dan rimbunnya pepohonan di pusat kota Jakarta yang hiruk-pikuk, ternyata masih mungkin dilakukan. Thanks to The Sultan Hotel Jakarta, liburan “hijau” pun dapat terwujud.
Terkadang, bagi saya yang seumur hidup tinggal di Ibu Kota, perasaan rindu akan suasana alam yang asri dan rimbunnya pepohonan, tidak bisa dihindari. Terutama ketika sudah lama saya tidak berlibur atau mengambil off dari pekerjaan. Buat saya, hijaunya pepohonan merupakan “obat” stres yang sangat ampuh.
Biasanya, Bogor, Puncak, atau Bandung adalah destinasi “favorit” bila rasa rindu itu mulai mendera. Tetapi, kali ini sepertinya tiga tujuan tersebut tidak mungkin untuk disambangi. Alasannya klise saja, saya hanya punya waktu 2 hari 1 malam, kondisi tubuh yang sedang kurang fit untuk melakukan perjalanan yang lumayan jauh, dan bulan puasa.
Di mana saya bisa menemukan sebuah tempat relaksasi untuk 2 hari 1 malam di Jakarta yang bisa mengakomodir keinginan saya tersebut? Selidik punya selidik, tahukah Anda kalau tahun 2010 lalu, The Sultan Hotel mendapatkan penghargaan sebagai “The Green Hotel”? Langsung tanpa pikir panjang, saya pun berkemas untuk melakukan perjalanan singkat menuju The Sultan Hotel yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
dok internet: The Sultan Hotel Jakarta
Dibuka pertama kali tahun 1976 dengan nama The Jakarta Hilton International Hotel, The Sultan adalah hotel terluas di Indonesia dan salah satu yang terluas di Asia Tenggara. Lokasinya yang strategis di pusat kota Jakarta, membuatnya menjadi hotel bisnis dan leisure bagi masyarakat Jakarta.
Hanya berkendara 40 menit dari Jakarta Selatan, saya pun segera check in dan Junior Suite akan menjadi kamar saya di akhir pekan kali ini. Dengan luas 89 meter persegi, living room dan bed room terpisah dan masing-masing memiliki kamar mandi. Dilengkapi balkon di living room serta sebuah jendela besar di kamar yang manyajikan pemandangan ke Gelora Bung Karno yang rindang, sehingga sejauh mata memandang yang terlihat adalah pepohonan hijau nan rimbun dan area olahraga yang luas.
dok.The Sultan Hotel Jakarta: Junior Suite
Benar-benar tidak seperti berada di pusat Jakarta yang hiruk-pikuk. The Sultan Hotel memiliki area taman terluas di Jakarta, sehingga keriuhan suara kendaraan di sepanjang jalan Sudirman, Gatot Subroto, dan Senayan teredam oleh pepohonan. Walaupun Jakarta terkenal dengan tingkat polusinya yang tinggi, di area The Sultan, kita dapat menikmati udara yang segar.
Waktu singkat yang saya miliki saya habiskan dengan bersantai. Karena kondisi tubuh yang kurang fit, hari pertama saya habiskan dengan bermalas-malasan di kamar. Menikmati segudang fasilitas yang dimiliki The Junior Suite, seperti furnitur bergaya modern etnik yang mewah, cable tv, akses internet, dan 24 jam room service. It’s really classy, luxurious, and comfortable.
Sebenarnya The Sultan Hotel adalah tempat ideal bagi mereka yang gemar berolahraga. Bayangkan saja, ada 12 lapangan tenis out door, lapangan basket, 4 lapangan squash, 500 meter jogging track, dan kolam renang, lengkap dengan chidreen pool-nya. Belum lagi ada Lifespa Fitness Centre yang siap memanjakan para tamu hotel dengan treatment-treatment andalannya dan peralatan gym yang lengkap.
dok. The Sultan Hotel Jakarta; Swimming Pool
Menjelang malam, saya menyempatkan diri mengelilingi area building The Sultan Hotel yang tak kalah luasnya dengan taman yang dimiliki. Tujuan utama, tentu saja mencari tempat untuk mengisi perut. Terdapat banyak pilihan bersantap di hotel berbintang lima ini. Taman Sari Restaurant, bila ingin santap malam ala fine dining; Nippon Kan pilihan para penggemar masakan otentik Jepang; Peacock Cafe dengan pilihan hidangan buffet yang lengkap; Confiserie menyajikan aneka pilihan pastry dan cake, serta Lagoon Cafe. Saya pun memutuskan untuk mencicipi hidangan buffet di Peacock Cafe malam itu.
dok internet: Peacock Cafe
Sayang memang, saya hanya menginap semalam di Junior Suite, The Sultan Hotel Jakarta. Namun, walaupun sebentar, kesempatan untuk dapat menikmati suasana alam yang asri dibungkus dengan kemewahan modern-etnik di hotel berbintang lima tersebut, sangatlah berharga. Mengusung pelayanan ala Keraton Jawa dengan tagline “Hospitality at its royal best”, rasakan pengalaman dan pelayanan ala Raja di The Sultan Hotel, Jakarta.
Jumat, 09 Desember 2011
A Simply Perfect Getaway
Gran Mahakam Hotel, Jakarta. Hotel butik bintang lima yang berada di lokasi strategis dan pusat bisnis, dengan bangunan dan interior bergaya Eropa. Di sinilah saya memilih untuk bersantai di akhir pekan, tanpa harus menjauhi hiruk-pikuk kota Jakarta.
Bagi warga kota besar seperti Jakarta, weekend memang kerap dijadikan waktu untuk bersantai bersama keluarga, melupakan sejenak kesibukan yang menyita waktu dan pikiran selama 5 hari sebelumnya. Tempat rekreasi seperti mal atau theme park, atau bahkan kota tetangga seperti Bogor dan Bandung, menjadi pilihan utama untuk rekreasi.
Lain halnya dengan saya. Menurut saya, meninggalkan kesibukan dan bersantai bersama keluarga, menciptakan quality time yang selama seminggu berada di nomer kesekian dalam daftar things to do yang saya buat, dapat dilakukan dengan menginap semalam di hotel. Privacy dan kenyamanan saya dan keluarga tetap menjadi yang utama.
Namun, tidak setiap akhir pekan saya dapat melewatinya dengan bermalam dan bermalas-malasan di hotel. Biasanya, bila memang sudah direncakan sebelumnya atau memang ada rencana perjalanan ke luar kota, saya sibuk memilih-milih dan membandingkan hotel satu dengan yang lainnya. Terkadang selama beberapa akhir pekan, saya tetap “terjebak” dengan ritme dan suasana Jakarta yang hiruk pikuk.
Beruntunglah orang-orang seperti saya dengan adanya Gran Mahakam Hotel, yang berada di Jalan Mahakam I no. 6, Blok M, Jakarta Selatan. Bangunannya yang sangat indah, dengan desain bergaya Victorian, lengkap dengan furnitur klasik nan anggun, Gran Mahakam Hotel menawarkan pengalaman bermalam di hotel bintang lima yang unik dan penuh kemewahan.
dok internet: Gran Mahakam Hotel
Di sanalah saya memilih untuk melewati akhir pekan kali ini bersama suami dan anak semata wayang kami. Terdapat 155 luxurious room, termasuk 130 Deluxe Room, 7 Junior Suite, 4 Executive Suite, 4 Mahakam Club Suite, 5 Deluxe Suite, 4 Gran Suite, dan 1 Mahakam suite. Gran Suite dengan tipe duplex (bertingkat) menjadi “rumah” kami untuk semalam.
Level pertama Gran Suite, mengusung konsep luxurious apartment, dengan adanya living room, dining room, toilet kecil, dan pantry bergaya klasik. Tidak hanya desain bangunannya yang memakai konsep bangunan Eropa, perabotannya pun menyesuaikan dengan sangat serasi dan memberikan kesan mewah teramat sangat.
Level kedua (atas) merupakan area tempat tidur, ruang kerja, dan kamar mandi utama. Semuanya dipisahkan apik oleh dinding dan perabotan kayu bergaya Victorian. Walaupun segala sesuatu yang ditampilkan oleh Gran Mahakam Hotel bertema klasik Eropa, namun kebutuhan akan teknologi tidaklah dilupakan. Akses internet cepat dan bahkan mesin fax, tersedia di kamar ini. Jadi, tidaklah heran bila saya menuliskan pengalaman ini saat melewati malam di Gran Suite Gran Mahakam Hotel, ditemani secangkir kopi panas.
dok internet: Grand Suite
Tidak lengkap rasanya bila saya tidak menceritakan tentang fasilitas pendukung yang ada di Gran Mahakam Hotel. Untuk urusan selera makan, Le Gran Café dan Aoki Japanese Restaurant dapat menjadi pilihan tempat makan bagi para tamu hotel ataupun mereka yang ingin menikmati kelezatan menu-menu yang ada di dua restoran tersebut.
Le Gran Café menyediakan beragam menu makanan, mulai dari internasional, Asia, maupun tradisional Indonesia dengan a la carte ataupun buffet. Sedangkan Aoki Japanese Restaurant banyak dikunjungi pecinta kuliner Negeri Sakura, karena rasanya yang otentik dan menggugah selera. Tidak ingin makan berat? Regal Bar & Lounge yang berada di lobby level, menyajikan beragam makanan ringan dan minuman, seperti mocktail, cocktail, serta pilihan kopi dan teh yang nikmat.
Satu lagi yang tak boleh ketinggalan bila menginap di Gran Mahakam, yaitu mencoba fasilitas leisure yang ditawarkan. Berolahraga sejenak, meluruskan otot-otot yang kaku di Gran Mahakam fitness centre, diakhiri dengan spa dan sauna. Menceburkan diri ke kolam renang yang berada di lantai 6 sambil menikmati pemandangan kota Jakarta atau menikmati treatment herbal aromaterapi, juga adalah pilihan pas untuk relaksasi.
dok internet: Swimming Pool
Masih ada keunggulan lain Gran Mahakam yang membuat saya sangat bersemangat. Sempatkan diri keluar area hotel untuk mengekplorasi lingkungan sekitar. Bagi pecinta kuliner, terdapat banyak jajanan kaki lima yang sudah terkenal kelezatannya dari dulu. Bagi yang tidak bisa jauh dari mal, berjalan kaki selama lima menit sudah cukup untuk mengantar Anda ke salah satu mal besar dan yang pertama berdiri di Jakarta Selatan. Bagi pecinta musik, seperti saya, salah satu toko musik terkenal dan terbesar di Jakarta, dengan koleksi album musik terlengkap, ada dalam jangkauan. It is really a simply perfect getaway!
Time For Relaxation
Penat dengan aktivitas sehari-hari dan sangat membutuhkan relaksasi? Menginap di Marbella Anyer adalah jawabannya. Tempat yang tepat untuk menyegarkan kembali tubuh dan pikiran, sekaligus mengajak keluarga bersenang-senang.
Itulah yang saya rasakan. Kelelahan yang terakumulasi karena aktivitas sehari-hari di dunia kerja yang cukup padat, membuat saya sering kali merasa lelah dan tidak bisa berpikir secara optimal dalam keseharian. “It’s time for relaxation,” begitulah kata tubuh dan pikiran saya berulang-ulang selama beberapa hari terakhir, ketika rasa penat itu semakin tak tertahankan. Saya pun mulai memikirkan tujuan “pelarian” singkat yang dapat mengakomodir kebutuhan saya akan rekreasi, sekaligus mengajak suami dan putri kecil saya berlibur.
Setelah melakukan “survei” kecil-kecilan, saya memilih Anyer. Alasannya sederhana saja, jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum, sudah dapat membawa saya menikmati suasana pantai yang menyegarkan. Hotel? Apalagi kalau bukan Marbella Anyer yang terletak di Jl. Raya Karang Bolong KM 135, Desa Bandulu, Anyer. Satu-satunya hotel bintang lima yang ada di Anyer.
dok internet: Marbella Anyer
Normalnya, perjalanan dari Jakarta ke Anyer hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam, karena akses jalan tol yang menghubungkannya. Namun kali ini, saya harus berkendara selama 4 jam perjalanan karena banyaknya perbaikan jalan di sepanjang Jakarta-Anyer. Semoga dalam waktu dekat, akses menuju Anyer sudah jauh lebih bagus dan semakin membuat para wisawatan selalu ingin kembali, termasuk saya.
Setibanya di Marbella, rasa lelah akibat perjalanan yang panjang dan penuh “perjuangan” mulai terobati. Pemandangan pantai dan laut yang biru langsung dapat terlihat dari lobi hotel, ketika saya akan check in. Kali ini saya memilih stay di Deluxe Suite—kamar yang memiliki living room, dining room, serta pantry, persis seperti apartemen 1 kamar dengan luas total 88 meter persegi. Memiliki 2 balkon dengan akses terpisah (dari living room dan bedroom), keduanya memiliki sea view yang menakjubkan. Saya pun siap menikmati 3 hari 2 malam di Marbella Anyer.
dok.internet: Deluxe Suite
Marbella Anyer berubah nama dari Sol Elite Marbella sejak April 2009 lalu, namun pelayanan, service, dan fasilitas tetaplah sama, malah mungkin jauh lebih baik. Bisa dibilang Marbella adalah one stop destination hotel di Anyer. Tanpa perlu keluar area hotel, kita sudah bisa mendapatkan banyak sekali fasilitas penunjang seperti swimming pool, lapangan bola, children playground, restoran, spa, entertainment, coffee shop, mini market, sampai night club.
Hari pertama, pantai adalah tujuan pertama. Memiliki akses langsung ke pantai, adalah salah satu kelebihan Marbella Anyer. Bagi yang kurang suka keramaian, mungkin akan terganggu dengan hadirnya banyak tenda biru penjual kaki lima tepat di pintu gerbang Marbella menuju pantai. Namun, sebenarnya “para pencari rezeki” tersebut sangatlah memudahkan Anda untuk mencicipi jajanan khas laut, berbelanja baju-baju dengan harga yang ramah, serta menikmati berbagai pilihan watersport, seperti banana boat, jetski, ataupun mengendara ATV di sepanjang garis pantai.
Berjalan kaki sedikit ke arah kiri, pantai yang tenang dan sepi pun sudah dapat ditemukan. Bila tujuan ke Anyer untuk relaksasi seperti saya, itulah yang saya lakukan, mencari “kedamaian” di pinggir pantai sambil menikmati es kelapa muda. Sesekali merasakan sensasi berdiri di pasir dan tersapu buih ombak. Nikmatnya!
Lapar? Selama saya menginap di Marbella, saya cukup mendatangi El Patio Coffee Shop bila rasa lapar mendera. Beragam pilihan menu, baik ala carte maupun buffet tersedia di sana. Mulai dari makanan khas Indonesia sampai menu internasional disajikan dengan rasa yang nikmat dan mengenyangkan. Menutup hari dengan bermain billiard bersama suami sambil menemani anak yang tertawa ceria menikmati pertunjukkan sulap di panggung children entertainment. Orangtua senang, anakpun riang.
dok internet: Restauran di Marbella
Hari kedua, kolam renang menjadi “sasaran” kami. Marbella Anyer memiliki 2 kolam renang besar yang terpisah, yaitu di Menara Nakula dan Menara Sadewa. Keduanya memiliki children pool lengkap dengan permainan-permainan yang mengasikkan. Berenang bersama keluarga, mendengar suara ceria sang buah hati yang asyik bermain air, benar-benar sanggup menjernihkan kembali pikiran saya.
Saatnya merelaksasikan tubuh, dalam arti harafiah. Marbella Spa menjadi tujuan saya berikutnya. Menawarkan beragam treatment spa dengan terapis yang andal. Pijat bertiga di sore hari sungguh menyenangkan. Bila memang saya ingin pijat sendiri atau berdua saja dengan suami, Marbella memiliki children playground lengkap dengan staf yang dapat menjaga anak-anak selama orangtua berada di spa atau gym. Pelayanan yang sangat lengkap dan memuaskan.
Saatnya untuk check out di hari ketiga. Saat berangkat, saya memikirkan kembali perjalanan pulang yang tentunya akan melewati rute yang sama dan pasti akan melelahkan. Percaya atau tidak, saat meninggalkan Marbella Anyer, pikiran jernih, tubuh segar, membuat suasana hati menjadi ceria. Tidak sia-sia saya melakukan “pelarian” singkat menuju Anyer dan menginap di Marbella Anyer. I got more than what I need!
Langganan:
Postingan (Atom)