Senin, 12 Desember 2011

Relaxation and Privacy in True Balinese Luxury


Jauh dari pusat keramaian, berada di ketinggian tebing dengan pemandangan ke laut lepas yang menenangkan. The Hill Villas, tempat “pelarian” sempurna bagi yang mendambakan kedamaian dan relaksasi total dalam kemewahan.

            Apa yang ditawarkan oleh Bali? Pulau Dewata ini memang banyak sekali menawarkan kesenangan sehingga menjadi destinasi favorit kebanyakan orang untuk berlibur, baik bersama teman, keluarga, atau pun bedua dengan pasangan. Sebegitu favoritnya, sampai-sampai saat ini Bali selalu dipenuhi wisatawan, baik lokal maupun asing. Jalanan menuju tempat-tempat favorit sudah dapat dipastikan tersendat atau malah macet total.
            Buat saya, Bali sudah seperti rumah kedua karena seringnya saya ke sana. Lucunya, perjalanan saya ke Bali selalu dalam rangka bisnis, tidak pernah untuk leisure. Jadi, lupakan belanja, jalan-jalan ke pantai, nongkrong di cafe, apalagi clubbing. Semua itu tidak pernah ada dalam agenda kunjungan saya ke Bali, walaupun saya selalu berada di sana lebih dari tiga hari.
            Yang saya butuhkan adalah tempat peraduan yang nyaman, di mana saya bisa mengistirahatkan tubuh dan pikiran setelah seharian beraktivitas dengan jadwal meeting yang padat. The Hill Villas Nusa Dua memberikan lebih dari apa yang saya butuhkan, ketika saya kembali mengunjungi Pulau Dewata. Ketenangan, kenyamanan, privacy, yang dibungkus dalam kemewahan. Sempurna!
            Berada di ketinggian Bukit Mumbul, Nusa Dua, The Hill Villas memiliki view yang sangat indah. Namun, jujur saja, saat pertama kali datang ke sana, lokasinya yang jauh dari pusat keramaian, membuat saya sempat tersesat dan tidak menemukannya. Tersembuyi di balik rimbunnya pepohonan, kesan pertama begitu melihat The Hill Villas adalah damai.
dok.internet

            Dengan konsep private villa, tiap vila di desain dengan perpaduan gaya modern dan tradisional yang menyatu dengan alam, menciptakan atmosfer kedamaian absolut. Percaya atau tidak, itulah yang saya rasakan. Seketika, rasa lelah dan penat terhapus hanya dengan memandang hijaunya pepohonan dan birunya laut di kejauhan. Tak sabar rasanya untuk segera beristirahat di one-bed room villa, karena memang saya hanya sendiri.
            Selain kemewahan yang dikemas dalam bentuk desain keseluruhan properti dan furniture-nya, The Hill Villas juga siap memanjakan para tamunya dengan personal buttler service yang siap melayani kapanpun dibutuhkan. Perawatan spa dan sesi privat yoga dapat dilakukan di dalam vila, untuk merasakan sensasi relaksasi total. Sayang, karena begitu sibuknya, saya tidak sempat menikmati kemewahan itu. Namun, justru hal tersebutlah yang membuat saya ingin kembali lagi ke The Hill Villas, kali ini harus bersama keluarga tercinta dalam rangka berlibur.
dok internet: the villa

            Selain one-bed room villa, terdapat juga two-bed rooms dan three-bed rooms villa di The Hills Villa, dengan pelayanan dan kemewahan yang setara. Uniknya, walaupun terdiri dari dua atau tiga kamar, privacy tetaplah yang utama karena masing-masing kamar berada di dalam bangunan terpisah. Selain itu, pengalaman kuliner yang istimewa juga diberikan The Hill Villa. Kita bisa menikmati sarapan, makan siang, dan malam di dalam villa yang khusus dimasak oleh chef The Hill Villas dengan bahan-bahan makanan yang terbaik. Grill, barbekyu, atau makan malam romantis, silakan pilih. It’s heaven on earth!

The Ideal Getaway to Bandung with Easy Access

Berada tepat setelah gerbang tol Pasteur, “pintu masuk”  favorit ke Bandung. Aston Pasteur pilihan tepat bagi para pebisnis ataupun mereka yang datang ke Kota Bunga untuk liburan keluarga.

            Bandung, lagi-lagi Bandung. Kota yang satu ini memang tidak ada habisnya untuk dibahas. Segala sesuatu dari kota ini memiliki daya tarik dan keunikan tersendiri, mulai dari sarana rekreasi keluarga, tujuan wisata kuliner, sampai belanja produk fashion dengan harga miring. Karena jaraknya yang tidak jauh dari Jakarta, tidak heran Bandung menjadi destinasi favorit warga ibu kota untuk berlibur di akhir pekan.
            Beragam pilihan tempat menginap pun ada di sana. Mulai dari hotel bintang lima, sampai losmen sederhana, yang ada di dataran tinggi ataupun di tengah kota, semuanya memiliki pangsa pasarnya masin-masing. Dan, biasanya, para pecinta kota ini memiliki tempat menginap favorit, yang selalu rutin dikunjungi setiap kali berlibur ke Bandung.
Walaupun begitu gencarnya pembangunan hotel di sana, dengan beragam keunikan dan keunggulan fasilitas yang ditawarkan, Aston Primera Pasteur Bandung selalu mendapat tempat di hati saya karena lokasinya yang begitu strategis. Berlokasi prima di Jalan Junjunan tepat setelah gerbang tol Pasteur dari arah Jakarta, cukup 10 menit dari Bandara Bandung, 15 menit berkendara dari Stasiun Kereta Api Bandung, dan hanya 10 menit dari area belanja dan pusat jajan terdekat.
dok.internet: Aston Primera Bandung

Dua kali saya menginap di sana, dengan tujuan yang berbeda, yaitu bisnis dan liburan keluarga. Jadi saya tahu benar, Aston Primera ideal untuk mereka yang datang ke Bandung dalam rangka bekerja maupun yang sedang berlibur. Sudah tidak diragukan lagi bahwa Aston Primera Pasteur Bandung adalah hotel bisnis berbintang empat dengan konsep modern-kontemporer, didukung dengan fasilitas kamar dan ruang meeting berteknologi tinggi.
Setiap kamar mengusung konsep desain modern yang nyaman dan dilengkapi fasilitas lengkap, seperti LCD TV dengan sistem IPTV, di mana kita dapat menonton 68 channel pilihan, memesan makanan dan minuman, serta mengakses internet via televisi. Di Aston Primera juga terdapat fasilitas untuk penyelenggaraan berbagai acara berupa 10 ruang meeting dan 2 ruang pertemuan termasuk sebuah ballroom megah yang mampu mengakomodir hingga 1500 orang.

Masing-masing ruangan meeting dilengkapi dengan perlengkapan canggih untuk memenuhi kebutuhan termasuk akses internet dan Wi-Fi berkecepatan tinggi, layanan telekonferensi melalui telepon dan video dengan sistem operasi Smart Control, ditambah lagi area parkir yang mencukupi sampai dengan 400 mobil.
Berlibur bersama keluarga? Karena agenda liburan yang padat, dengan banyaknya arena rekreasi keluarga di daerah Bandung atas yang ingin dikunjungi, kembali Aston Primera Pasteur yang saya pilih karena pertimbangan lokasinya yang strategis. Tidak tanggung-tanggung, saya mengajak serta sembilan anggota keluarga, termasuk anak dan keponakan saya yang masih di bawah 5 tahun, dan menginap di tiga kamar tipe Deluxe Room selama 3 hari 2 malam. Di Aston Primera, ekstra bed untuk anak di bawah usia 5 tahun free of charge.
Menikmati masakan bercitarasa tinggi yang disediakan di Ambassador Coffee Shop, barbeque night yang rutin dilakukan setiap Jumat malam di area pool side, atau hanya sekadar duduk-duduk santai di Primera Lounge & Bar sambil ditemani musik live sambil menikmati minuman dan makanan ringan. Itulah yang saya dan keluarga lakukan ketika ada waktu luang saat menginap di Aston Primera Pasteur Bandung.

Experience a Balance in Life


Menikmati sejuta pesona kota Bandung terasa lebih sempurna dengan menginap di The Papandayan Hotel. Liburan bersama keluarga menjadi istimewa dengan kenyamanan dan kemewahan yang ditawarkannya.

            Mendengar nama “Bandung”, apa yang terlintas di benak Anda? Wisata kuliner, jalan-jalan, weekend, shopping, dan masih banyak lagi kesan dari Kota Bunga yang tersimpan di benak kita. Beragam kesenangan dapat kita temukan dan nikmati di Bandung. Tak heran, kota ini kerap dijadikan destinasi wisata akhir pekan, khususnya bagi warga Ibu Kota.
            Begitu banyaknya tempat makan di Bandung, dan terus bertambah dengan inovasi-inovasi kuliner yang membuat orang penasaran, membuat kota ini menjadi salah satu tujuan wisata kuliner bagi mereka yang doyan makan. Deretan factory outlet (FO) yang berlomba menawarkan beragam produk fashion dengan harga miring, tidak jarang menjadi tujuan utama orang-orang datang ke Bandung. Ditambah lagi, sekarang ini Bandung mulai dijamuri theme park yang wajib dikunjungi oleh para keluarga untuk berekreasi.
            Saya tidak memungkiri, sering kali saya ke Bandung tanpa direncakanan. Baik itu mengunjungi kakek dan nenek yang tinggal di sana dan menginap 1-2 malam, ataupun hanya perjalanan satu hari pergi-pulang, karena Bandung dapat ditempuh hanya dengan 2 jam perjalanan menggunakan mobil dari Jakarta. Sama seperti kebanyakan orang lain yang datang ke Bandung, wisata kuliner, rekreasi, dan shopping menjadi agenda perjalanan saya. Namun kali ini, saya sengaja membuatnya lebih istimewa dengan tambahan kenyamanan dan kemewahan dari The Papandayan Hotel.
dok.internet: The Papandayan Hotel

            Untuk itu, dari satu bulan sebelumnya saya sudah menyiapkan perjalanan ini. Kebetulan momen libur Lebaranlah yang saya ambil untuk berlibur ke Kota Kembang. Superior Suite The Papandayan Hotel menjadi pilihan saya dan keluarga untuk menghabiskan 3 hari 2 malam di Bandung. Selain dekat dengan rumah kakek-nenek, letaknya yang berada di pusat kota, yaitu Jl. Jend. Gatot Subroto 83, memudahkan kami untuk mengatur itinerary liburan. Maklum, jalanan Bandung saat akhir pekan dan hari libur biasanya selalu macet, tidak kalah dengan Jakarta.
            The Papandayan Hotel, sebuah hotel bintang 5 di Bandung, yang mengusung desain classic elegance pada arsitektur bangunan dan interiornya, menawarkan konsep baru paduan kenyamanan dan kemewahan, serta keramahan para stafnya yang mencerminkan budaya Jawa Barat. Memiliki 172 kamar, termasuk suites, yang kesemuanya didesain menggunakan elemen batu dan kayu dengan sentuhan seni budaya yang apik. Termasuk kamar tempat kami menginap, Superior Suite.
            Terletak di lantai 5, Superior Suite dan kamar suite lainnya memiliki keistimewaan yang menjadikan liburan kami sangat menyenangkan. Para tamu kamar suite memiliki butler service khusus yang siap melayani kapan pun. Selain itu, di lantai yang sama terdapat Executive Lounge, sebuah lounge yang nyaman dan mewah dengan pemandangan pegunungan terpapar cantik dari jendela kaca yang mengelilingi ruangan tersebut. Kami dapat melakukan personal check in di sana, sekaligus menikmati hidangan high tea yang tersaji dari pukul 16.00-20.00 setiap harinya.
dok.internet: Executive Lounge

            Memasuki Superior Suite, di sinilah kenyamanan dan kemewahan yang ditawarkan The Papandayan Hotel mencapai klimaks. Terbagi menjadi dua area utama, bed room dan living room yang digabung dengan dining room, kamar ini memiliki luas keseluruhan lebih dari 32 meter persegi. Tata letak dan pembagian ruangnya menampilkan kesan elegan dan mewah, didukung dengan furnitur berkelas yang kenyamanannya tidak perlu lagi dipertanyakan.
dok internet: Superior Suite

            Seakan belum cukup memberikan layanan berkelas kepada tamunya, di The Papandayan Hotel menjadi satu-satunya hotel bintang 5 di Bandung yang memiliki fine dining restaurant, Cantigi Fine Dining. Terdapat juga Pago Restaurant  sebuah restaurant dengan konsep yang lebih kasual dan menyajikan aneka pilihan sajian menu internasional, asia, dan Indonesia. Jangan lupa melakukan relaksasi di Mirten Lounge yang menyajikan aneka mocktail, cocktail, dan wines pilihan dan menikmati perawatan di Edelweiss Spa, Fitness Center and Beauty Salon,  untuk mengisi waktu luang saat menginap di sana, seperti yang juga saya lakukan.
dok.internet: Pago Restaurant

            Liburan keluarga di Bandung kali ini memang terasa lebih istimewa dengan menginap di The Papandayan Hotel. Bagi saya, keseimbangan dalam hidup adalah sesuatu yang harus setiap orang miliki. Setelah melakukan tanggung jawab pekerjaan dengan sungguh-sungguh, sudah sepatutnya kita juga melakukan relaksasi dan rekreasi dengan semangat yang sama. Wujudkan keseimbangan itu bersama The Papandayan Hotel, tempat kenyamanan dan kemewahan berkolaborasi dengan indah.

Enjoy The Green Environment at The Heart of Jakarta


Menikmati hijaunya taman dan rimbunnya pepohonan di pusat kota Jakarta yang hiruk-pikuk, ternyata masih mungkin dilakukan. Thanks to The Sultan Hotel Jakarta, liburan “hijau” pun dapat terwujud.

            Terkadang, bagi saya yang seumur hidup tinggal di Ibu Kota, perasaan rindu akan suasana alam yang asri dan rimbunnya pepohonan, tidak bisa dihindari. Terutama ketika sudah lama saya tidak berlibur atau mengambil off dari pekerjaan. Buat saya, hijaunya pepohonan merupakan “obat” stres yang sangat ampuh.
            Biasanya, Bogor, Puncak, atau Bandung adalah destinasi “favorit” bila rasa rindu itu mulai mendera. Tetapi, kali ini sepertinya tiga tujuan tersebut tidak mungkin untuk disambangi. Alasannya klise saja, saya hanya punya waktu 2 hari 1 malam, kondisi tubuh yang sedang kurang fit untuk melakukan perjalanan yang lumayan jauh, dan bulan puasa.
            Di mana saya bisa menemukan sebuah tempat relaksasi untuk 2 hari 1 malam di Jakarta yang bisa mengakomodir keinginan saya tersebut? Selidik punya selidik, tahukah Anda kalau tahun 2010 lalu, The Sultan Hotel mendapatkan penghargaan sebagai “The Green Hotel”? Langsung tanpa pikir panjang, saya pun berkemas untuk melakukan perjalanan singkat menuju The Sultan Hotel yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
dok internet: The Sultan Hotel Jakarta

            Dibuka pertama kali tahun 1976 dengan nama The Jakarta Hilton International Hotel, The Sultan adalah hotel terluas di Indonesia dan salah satu yang terluas di Asia Tenggara. Lokasinya yang strategis di pusat kota Jakarta, membuatnya menjadi hotel bisnis dan leisure bagi masyarakat Jakarta.
            Hanya berkendara 40 menit dari Jakarta Selatan, saya pun segera check in dan Junior Suite akan menjadi kamar saya di akhir pekan kali ini. Dengan luas 89 meter persegi, living room dan bed room terpisah dan masing-masing memiliki kamar mandi. Dilengkapi balkon di living room serta sebuah jendela besar di kamar yang manyajikan pemandangan ke Gelora Bung Karno yang rindang, sehingga sejauh mata memandang yang terlihat adalah pepohonan hijau nan rimbun dan area olahraga yang luas.    
dok.The Sultan Hotel Jakarta: Junior Suite

            Benar-benar tidak seperti berada di pusat Jakarta yang hiruk-pikuk. The Sultan Hotel memiliki area taman terluas di Jakarta, sehingga keriuhan suara kendaraan di sepanjang jalan Sudirman, Gatot Subroto, dan Senayan teredam oleh pepohonan. Walaupun Jakarta terkenal dengan tingkat polusinya yang tinggi, di area The Sultan, kita dapat menikmati udara yang segar.
            Waktu singkat yang saya miliki saya habiskan dengan bersantai. Karena kondisi tubuh yang kurang fit, hari pertama saya habiskan dengan bermalas-malasan di kamar. Menikmati segudang fasilitas yang dimiliki The Junior Suite, seperti furnitur bergaya modern etnik yang mewah, cable tv, akses internet, dan 24 jam room service. It’s really classy, luxurious, and comfortable.
Sebenarnya The Sultan Hotel adalah tempat ideal bagi mereka yang gemar berolahraga. Bayangkan saja, ada 12 lapangan tenis out door, lapangan basket, 4 lapangan squash, 500 meter jogging track, dan kolam renang, lengkap dengan chidreen pool-nya. Belum lagi ada Lifespa Fitness Centre yang siap memanjakan para tamu hotel dengan treatment-treatment andalannya dan peralatan gym yang lengkap.
dok. The Sultan Hotel Jakarta; Swimming Pool

Menjelang malam, saya menyempatkan diri mengelilingi area building The Sultan Hotel yang tak kalah luasnya dengan taman yang dimiliki. Tujuan utama, tentu saja mencari tempat untuk mengisi perut. Terdapat banyak pilihan bersantap di hotel berbintang lima ini. Taman Sari Restaurant, bila ingin santap malam ala fine dining; Nippon Kan pilihan para penggemar masakan otentik Jepang; Peacock Cafe dengan pilihan hidangan buffet yang lengkap; Confiserie menyajikan aneka pilihan pastry dan cake, serta Lagoon Cafe. Saya pun memutuskan untuk mencicipi hidangan buffet di Peacock Cafe malam itu.
dok internet: Peacock Cafe

Sayang memang, saya hanya menginap semalam di Junior Suite, The Sultan Hotel Jakarta. Namun, walaupun sebentar, kesempatan untuk dapat menikmati suasana alam yang asri dibungkus dengan kemewahan modern-etnik di hotel berbintang lima tersebut, sangatlah berharga. Mengusung pelayanan ala Keraton Jawa dengan taglineHospitality at its royal best”, rasakan pengalaman dan pelayanan ala Raja di The Sultan Hotel, Jakarta.

Jumat, 09 Desember 2011

A Simply Perfect Getaway

Gran Mahakam Hotel, Jakarta. Hotel butik bintang lima yang berada di lokasi strategis dan pusat bisnis, dengan bangunan dan interior bergaya Eropa. Di sinilah saya memilih untuk bersantai di akhir pekan, tanpa harus menjauhi hiruk-pikuk kota Jakarta.


Bagi warga kota besar seperti Jakarta, weekend memang kerap dijadikan waktu untuk bersantai bersama keluarga, melupakan sejenak kesibukan yang menyita waktu dan pikiran selama 5 hari sebelumnya. Tempat rekreasi seperti mal atau theme park, atau bahkan kota tetangga seperti Bogor dan Bandung, menjadi pilihan utama untuk rekreasi.
Lain halnya dengan saya. Menurut saya, meninggalkan kesibukan dan bersantai bersama keluarga, menciptakan quality time yang selama seminggu berada di nomer kesekian dalam daftar things to do yang saya buat, dapat dilakukan dengan menginap semalam di hotel. Privacy dan kenyamanan saya dan keluarga tetap menjadi yang utama.
Namun, tidak setiap akhir pekan saya dapat melewatinya dengan bermalam dan bermalas-malasan di hotel. Biasanya, bila memang sudah direncakan sebelumnya atau memang ada rencana perjalanan ke luar kota, saya sibuk memilih-milih dan membandingkan hotel satu dengan yang lainnya. Terkadang selama beberapa akhir pekan, saya tetap “terjebak” dengan ritme dan suasana Jakarta yang hiruk pikuk.
Beruntunglah orang-orang seperti saya dengan adanya Gran Mahakam Hotel, yang berada di Jalan Mahakam I no. 6, Blok M, Jakarta Selatan. Bangunannya yang sangat indah, dengan desain bergaya Victorian, lengkap dengan furnitur klasik nan anggun, Gran Mahakam Hotel menawarkan pengalaman bermalam di hotel bintang lima yang unik dan penuh kemewahan.
dok internet: Gran Mahakam Hotel

Di sanalah saya memilih untuk melewati akhir pekan kali ini bersama suami dan anak semata wayang kami. Terdapat 155 luxurious room, termasuk 130 Deluxe Room, 7 Junior Suite, 4 Executive Suite, 4 Mahakam Club Suite, 5 Deluxe Suite, 4 Gran Suite, dan 1 Mahakam suite. Gran Suite dengan tipe duplex (bertingkat) menjadi “rumah” kami untuk semalam.
Level pertama Gran Suite, mengusung konsep luxurious apartment, dengan adanya living room, dining room, toilet kecil, dan pantry bergaya klasik. Tidak hanya desain bangunannya yang memakai konsep bangunan Eropa, perabotannya pun menyesuaikan dengan sangat serasi dan memberikan kesan mewah teramat sangat.
Level kedua (atas) merupakan area tempat tidur, ruang kerja, dan kamar mandi utama. Semuanya dipisahkan apik oleh dinding dan perabotan kayu bergaya Victorian. Walaupun segala sesuatu yang ditampilkan oleh Gran Mahakam Hotel bertema klasik Eropa, namun kebutuhan akan teknologi tidaklah dilupakan. Akses internet cepat dan bahkan mesin fax, tersedia di kamar ini. Jadi, tidaklah heran bila saya menuliskan pengalaman ini saat melewati malam di Gran Suite Gran Mahakam Hotel, ditemani secangkir kopi panas.
dok internet: Grand Suite

            Tidak lengkap rasanya bila saya tidak menceritakan tentang fasilitas pendukung yang ada di Gran Mahakam Hotel. Untuk urusan selera makan, Le Gran Café dan Aoki Japanese Restaurant dapat menjadi pilihan tempat makan bagi para tamu hotel ataupun mereka yang ingin menikmati kelezatan menu-menu yang ada di dua restoran tersebut.
Le Gran Café menyediakan beragam menu makanan, mulai dari internasional, Asia, maupun tradisional Indonesia dengan a la carte ataupun buffet. Sedangkan Aoki Japanese Restaurant banyak dikunjungi pecinta kuliner Negeri Sakura, karena rasanya yang otentik dan menggugah selera. Tidak ingin makan berat? Regal Bar & Lounge yang berada di lobby level, menyajikan beragam makanan ringan dan minuman, seperti mocktail, cocktail, serta pilihan kopi dan teh yang nikmat.  
Satu lagi yang tak boleh ketinggalan bila menginap di Gran Mahakam, yaitu mencoba fasilitas leisure yang ditawarkan. Berolahraga sejenak, meluruskan otot-otot yang kaku di Gran Mahakam fitness centre, diakhiri dengan spa dan sauna. Menceburkan diri ke kolam renang yang berada di lantai 6 sambil menikmati pemandangan kota Jakarta atau menikmati treatment herbal aromaterapi, juga adalah pilihan pas untuk relaksasi.
dok internet: Swimming Pool

Masih ada keunggulan lain Gran Mahakam yang membuat saya sangat bersemangat. Sempatkan diri keluar area hotel untuk mengekplorasi lingkungan sekitar. Bagi pecinta kuliner, terdapat banyak jajanan kaki lima yang sudah terkenal kelezatannya dari dulu. Bagi yang tidak bisa jauh dari mal, berjalan kaki selama lima menit sudah cukup untuk mengantar Anda ke salah satu mal besar dan yang pertama berdiri di Jakarta Selatan. Bagi pecinta musik, seperti saya, salah satu toko musik terkenal dan terbesar di Jakarta, dengan koleksi album musik terlengkap, ada dalam jangkauan. It is really a simply perfect getaway!

Time For Relaxation

Penat dengan aktivitas sehari-hari dan sangat membutuhkan relaksasi? Menginap di Marbella Anyer adalah jawabannya. Tempat yang tepat untuk menyegarkan kembali tubuh dan pikiran, sekaligus mengajak keluarga bersenang-senang.


Itulah yang saya rasakan. Kelelahan yang terakumulasi karena  aktivitas sehari-hari di dunia kerja yang cukup padat, membuat saya sering kali merasa lelah dan tidak bisa berpikir secara optimal dalam keseharian. “It’s time for relaxation,” begitulah kata tubuh dan pikiran saya berulang-ulang selama beberapa hari terakhir, ketika rasa penat itu semakin tak tertahankan. Saya pun mulai memikirkan tujuan “pelarian” singkat yang dapat mengakomodir kebutuhan saya akan rekreasi, sekaligus mengajak suami dan putri kecil saya berlibur.
Setelah melakukan “survei” kecil-kecilan, saya memilih Anyer. Alasannya sederhana saja, jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta dan dapat ditempuh menggunakan kendaraan pribadi, maupun kendaraan umum, sudah dapat membawa saya menikmati suasana pantai yang menyegarkan. Hotel? Apalagi kalau bukan Marbella Anyer yang terletak di Jl. Raya Karang Bolong KM 135, Desa Bandulu, Anyer. Satu-satunya hotel bintang lima yang ada di Anyer.
dok internet: Marbella Anyer

Normalnya, perjalanan dari Jakarta ke Anyer hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam, karena akses jalan tol yang menghubungkannya. Namun kali ini, saya harus berkendara selama 4 jam perjalanan karena banyaknya perbaikan jalan di sepanjang Jakarta-Anyer. Semoga dalam waktu dekat, akses menuju Anyer sudah jauh lebih bagus dan semakin membuat para wisawatan selalu ingin kembali, termasuk saya.
Setibanya di Marbella, rasa lelah akibat perjalanan yang panjang dan penuh “perjuangan” mulai terobati. Pemandangan pantai dan laut yang biru langsung dapat terlihat dari lobi hotel, ketika saya akan check in. Kali ini saya memilih stay di Deluxe Suite—kamar yang memiliki living room, dining room, serta pantry, persis seperti apartemen 1 kamar dengan luas total 88 meter persegi. Memiliki 2 balkon dengan akses terpisah (dari living room dan bedroom), keduanya memiliki sea view yang menakjubkan. Saya pun siap menikmati 3 hari 2 malam di Marbella Anyer.
dok.internet: Deluxe Suite

Marbella Anyer berubah nama dari Sol Elite Marbella sejak April 2009 lalu, namun pelayanan, service, dan fasilitas tetaplah sama, malah mungkin jauh lebih baik. Bisa dibilang Marbella adalah one stop destination hotel di Anyer. Tanpa perlu keluar area hotel, kita sudah bisa mendapatkan banyak sekali fasilitas penunjang seperti swimming pool, lapangan bola, children playground, restoran, spa, entertainment, coffee shop, mini market, sampai night club.
Hari pertama, pantai adalah tujuan pertama. Memiliki akses langsung ke pantai, adalah salah satu kelebihan Marbella Anyer. Bagi yang kurang suka keramaian, mungkin akan terganggu dengan hadirnya banyak tenda biru penjual kaki lima tepat di pintu gerbang Marbella menuju pantai. Namun, sebenarnya “para pencari rezeki” tersebut sangatlah memudahkan Anda untuk mencicipi jajanan khas laut, berbelanja baju-baju dengan harga yang ramah, serta menikmati berbagai pilihan watersport, seperti banana boat, jetski, ataupun mengendara ATV di sepanjang garis pantai.
Berjalan kaki sedikit ke arah kiri, pantai yang tenang dan sepi pun sudah dapat ditemukan. Bila tujuan ke Anyer untuk relaksasi seperti saya, itulah yang saya lakukan, mencari “kedamaian” di pinggir pantai sambil menikmati es kelapa muda. Sesekali merasakan sensasi berdiri di pasir dan tersapu buih ombak. Nikmatnya!
Lapar? Selama saya menginap di Marbella, saya cukup mendatangi El Patio Coffee Shop bila rasa lapar mendera. Beragam pilihan menu, baik ala carte maupun buffet tersedia di sana. Mulai dari makanan khas Indonesia sampai menu internasional disajikan dengan rasa yang nikmat dan mengenyangkan. Menutup hari dengan bermain billiard bersama suami sambil menemani anak yang tertawa ceria menikmati pertunjukkan sulap di panggung children entertainment. Orangtua senang, anakpun riang.
dok internet: Restauran di Marbella

Hari kedua, kolam renang menjadi “sasaran” kami. Marbella Anyer memiliki 2 kolam renang besar yang terpisah, yaitu di Menara Nakula dan Menara Sadewa. Keduanya memiliki children pool lengkap dengan permainan-permainan yang mengasikkan. Berenang bersama keluarga, mendengar suara ceria sang buah hati yang asyik bermain air, benar-benar sanggup menjernihkan kembali pikiran saya.
Saatnya merelaksasikan tubuh, dalam arti harafiah. Marbella Spa menjadi tujuan saya berikutnya. Menawarkan beragam treatment spa dengan terapis yang andal. Pijat bertiga di sore hari sungguh menyenangkan. Bila memang saya ingin pijat sendiri atau berdua saja dengan suami, Marbella memiliki children playground lengkap dengan staf yang dapat menjaga anak-anak selama orangtua berada di spa atau gym. Pelayanan yang sangat lengkap dan memuaskan.
Saatnya untuk check out di hari ketiga. Saat berangkat, saya memikirkan kembali perjalanan pulang yang tentunya akan melewati rute yang sama dan pasti akan melelahkan. Percaya atau tidak, saat meninggalkan Marbella Anyer, pikiran jernih, tubuh segar, membuat suasana hati menjadi ceria. Tidak sia-sia saya melakukan “pelarian” singkat menuju Anyer dan menginap di Marbella Anyer. I got more than what I need!

Journey From Mall to Mall in Palembang

Saya tidak mau memungkiri bahwa mall memiliki pesona tersendiri saat saya bepergian ke suatu tempat. Setelah puas menjelajahi obyek wisata, mall menjadi tempat peristirahat favorit, untuk sekadar duduk santai menikmati secangkir kopi atau berbelanja camilan untuk di hotel.


Apalagi kalau bepergian dalam rangka pekerjaan, bukan liburan. Mall menjadi oase menyegarkan buat saya. Pengalaman saya ke Palembang 8-24 November 2011 lalu dalam rangka pekerjaan membuat saya hafal mall-mall yang ada di Bumi Sriwijaya. Setiap ada waktu luang, walaupun hanya 1 jam, dapat dipastikan saya akan meminta supir untuk melipir sebentar ke salah satu mall yang dilewati dalam perjalanan. Biasanya untuk membeli secangkir kopi atau roti, yang dapat menambah energi untuk aktivitas saya yang sangat padat saat di Palembang.

Buat Penggemar HP: Internasional Plaza Palembang


dok. internet

Nah, mall yang satu ini adalah mall yang selalu saya lewati tiap hari dalam perjalanan dari penginapan ke Jakabaring Sport City, atau sebaliknya. Bisa lebih dari dua kali saya lewat Internasional Plaza Palembang (IP). Mengunjungi mall itu juga merupakan kebutuhan, bukan keisengan belaka. Berawal dari BB saya yang tiba-tiba ngadat, padahal pekerjaan saya di Palembang sangat mengandalkan smart phone tersebut dalam berkomunikasi. Mau tidak mau saya harus mencari tempat service di Palembang agar dapat kembali terhubung dengan dunia internet.

Kalau di Jakarta, mungkin IP sama seperti ITC Roxy yang lantai dasarnya berisi outlet-outlet penjual HP dari segala merek. Ssssttt...bahkan mereka juga menjual HP black market, dengan harga yang sangat jauh berbeda dari yang resmi, lebih murah pastinya. Saya pun segera mencari tempat service BB, karena waktu yang saya miliki tidak memungkinkan saya untuk jalan-jalan mengitari mall yang lumayan besar tersebut.

Namanya orang Jakarta, begitu masuk IP, saya langsung membekap tas dengan erat di depan. Maklum, pencahayaan yang kurang terang dan ramainya mall tersebut membuat saya khawatir dengan adanya tangan-tangan nakal, seperti layaknya di Jakarta...alias copet dan teman-teman. Tapi sepertinya IP cukup aman, walaupun saya tak mau ambil risiko...hehehe.

Ternyata BB saya perlu diganti keypad dan LC-nya (begitu kata mbak-mbak service, yang saya pun tidak mengerti sebenarnya apa itu LC), dan juga perlu di-upgrade. Cukup bayar Rp 150.000 dan dua jam ditinggal, BB saya dapat digunakan kembali. Ah senangnya. Tetap saja, saya harus menitipkan ke Pak Supir yang berbaik hati untuk mengambil BB saya, sedangkan saya berkutat di depan laptop, tidak bisa kembali lagi ke IP untuk sekadar melihat-lihat.

Buat Penggemar Kopi: Palembang Indah Mall


dok. internet

Singkatannya saja membuat saya kangen rumah, PIM alias Palembang Indah Mall. Kalau di Jakarta, mall yang paling sering saya kunjungi (bisa dibilang seminggu bisa 3 kali) adalah PIM alias Pondok Indah Mall. PIM yang di Palembang menjadi salah satu mall favorit saya. Tempatnya yang cozy dan termasuk mall terbesar di Palembang, membuat saya serasa ada di Jakarta.

Pesan makanan, ngupi, window shopping, itulah yang saya lakukan kalau ke PIM. Di sana ada J.Co, Excelso, Pizza Hut, Breadtalk, dan tempat-tempat yang ada di Jakarta lainnya. Oh iya, ada Hypermart juga, jadi saya juga sering ke sana untuk membeli barang kebutuhan harian selama di Palembang. Namun, buat yang ingin membeli oleh-oleh, ya jangan ke PIM. Karena semua yang ada di PIM, seperti yang saya bilang tadi, ada juga di Jakarta.

Buat Penggemar Belanja: Palembang Trade Center

dok. internet

Ini dia mall favorit saya di Palembang! Sampai-sampai tiap ada yang mau keluar untuk mencari sesuatu, saya pasti menyarankan Palembang Trade Center untuk didatangi....saya pun harus ikut, hahaha. Alasan pertama, tempatnya nyaman untuk sekadar cuci mata. PTC mirip ITC di Jakarta, yang menjual beragam produk, mulai dari outlet-outlet baju, hp, elektronik, sampai banyak pilihan tempat makan.

Pertama kali ke sana disarankan oleh pak supir. Waktu itu kami mencari carefour, dan ternyata letaknya di belakang mall ini. Jadilah ada yang ke carefour, dan saya bersama beberapa teman lainnya ke PTC. Alhasil saya keluar membawa beberapa kantong belanjaan yang isinya daster untuk tidur, dress, dan makanan. Menyenangkan rasanya menemukan mall nyaman yang membuat saya ingin kembali lagi untuk mengeksplor sudut lainnya.

Buat Beli Oleh-oleh: Ramayana Paragon Palembang


dok. internet

Apa sih yang khas dari Palembang, selain pempek? Jumputan dan songket. Kedua kain tersebut wajib dibawa pulang untuk oleh-oleh, khususnya bila ingin memberi suvenir khas Palembang kepada orangtua. Saya termasuk yang membeli kain untuk oleh-oleh Mama dan Mama Mertua. Tapi, untuk menjelajahi pasar tradisional, malas rasanya. Bukan saja pasar tradisional bukanya pagi, saya juga tidak punya waktu banyak untuk berkeliling pasar.

Ramayana Paragon Palembang menyediakan apa yang saya butuhkan. Di bagian belakang Ramayana, ada blok-blok khusus pedagang kain. Di sana tersedia beragam kain khas Palembang, mulai harga puluhan ribu sampai jutaan rupiah. Pintar-pintar menawar saja, karena satu toko dengan toko lainnya menawarkan harga beragam. Kalau perlu, lakukan perbandingan dengan toko sebelah, seperti yang saya lakukan. "Di sebelah saya dikasih 145 ribu, masa di sini 180 ribu..." begitu yang saya ucapkan untuk mendapatkan harga terbaik.

Selamat menjelajahi mall di Bumi Sriwijaya...it's fun!



Senin, 21 November 2011

Surga itu Bernama Ujung Genteng


Perbukitan yang hijau, hutan pinus yang teduh, danau dan sungai dengan gemericik aliran air, diakhiri dengan lautan biru membentang. Semua keindahan alam tersebut dapat ditemukan di Ujung Genteng, Jawa Barat.

            Bila ada yang belum tahu atau bahkan belum pernah mendengar nama Ujung Genteng, cobalah tengok di atlas Jawa Barat. Temukan kota Sukabumi, lalu turun ke ujung selatan Jawa Barat, di situlah tertulis Ujung Genteng. Siap-siaplah terpesona dengan keindahan alamnya yang masih sangat alami. Jujur saja, saat ke sana bulan Maret lalu, itu adalah kali pertama saya ke Ujung Genteng. Itu juga bukan dalam rangka jalan-jalan, tapi pemotretan advertorial salah satu produk otomotif SUV merek terkenal, dan saya mendadak berubah profesi menjadi creative director, penulis, dan seksi ribet.

Pesona Alam
            Memang, kendala utama menuju Ujung Genteng terletak pada aksesnya. Perjalanan darat menjadi satu-satunya pilihan. Membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam dari Jakarta untuk sampai ke sana. Kendaraan yang tinggi dan tahan banting sangat disarankan untuk menempuh rute sulit menuju Ujung Genteng dengan kondisi jalan yang tidak mulus dan berkelok-kelok serta tanjakan dan turunan tajam. Biasanya mereka yang menyerah akan berhenti di Pelabuhan Ratu, karena Ujung Genteng masih 1-2 jam perjalanan lagi. Hemm...sebenarnya sampai saat ini, saya masih belum mau mengiyakan bila ada yang mengajak ke Ujung Genteng, karena badan saya masih saja ngilu bila ingat rute berat yang harus ditempuh menuju ke sana.

            Namun, buat yang memang penasaran, semua tantangan tersebut akan terbayarkan dengan pemandangan indah yang ditemui sepanjang perjalanan. Danau Lido adalah salah satu obyek wisata yang dilewati. Tak ada salahnya untuk mampir dan berpiknik di pinggir danau atau berperahu mengelilinginya. Pemandangan danau yang indah, dapat menjadi alternatif untuk beristirahat sejenak dalam perjalanan.

Danau Lido (dok. internet)


Ada beberapa rute yang dapat ditempuh untuk menuju Ujung Genteng. Salah satunya melewati perbukitan yang disebut Cikidang. Hamparan sawah hijau dan deretan pohon pinus, serta udara yang sejuk terasa sangat menyegarkan. Bagi yang menyukai petualangan, Cikidang banyak memiliki tempat untuk mencoba wisata ala petualang. Rafting menyusuri sungai Cikidang menjadi petualangan yang patut dicoba. Pemandangan Pelabuhan Ratu yang indah menjadi ujung dari rute perbukitan Cikidang, sungguh indah.

Perkebunan Teh (dok. internet)

Satu lagi tempat yang akan dilewati dan memiliki keindahan yang tidak kalah dengan pemandangan alam serta memiliki nilai sejarah adalah Jembatan Bagbagan. Setelah melewati Cikidang, ada persimpangan. Di sana berdiri jembatan gantung berwarna kuning yang masih berdiri kokoh sejak dibangun pada masa penjajahan Belanda dulu, menyeberangi Sungai Cimandiri. Namun, sayangnya jembatan ini sudah tidak digunakan lagi.
Sebagai salah satu obyek wisata daerah Jawa Barat, semua yang menuju ke Ujung Genteng diwajibkan membayar biaya retribusi. Setelah itu, pemandangan unik di sepanjang jalan lurus menuju Ujung Genteng akan menyambut para tamu, dengan hamparan nyiur yang melambai dan laut di kedua sisi jalan. Sampailah kita di Ujung Genteng.

Pesona Laut

Pantai Ujung Genteng (dok.internet)

Pantai Amandaratu, Ujung Genteng (dok.internet)
            Sejauh mata memandang, lautan birulah yang terlihat. Cakrawala luas yang putih bersih, layak diabadikan dengan jepretan kamera. Ujung Genteng memiliki pantai yang sangat indah dan sangat panjang. Mulai dari pantai berbatu karang, pantai berpasir kasar, sampai pantai dengan pasir putih yang sangat lembut. Masih sangat jarang wisatawan di daerah ini sehingga kita dapat leluasa menikmati pemandangan laut, bermain pasir dan ombak, tanpa harus diganggu pedagang-pedagang yang menawarkan barang dagangannya.
            Dan, menurut cerita penduduk setempat, Ujung Genteng merupakan tempat habitat hiu bintang. Binatang laut yang sangat besar dengan bentuk seperti paus. Disebut hiu bintang karena warnanya yang hitam dengan titik-titik putih berbentuk bintang di sekujur tubuhnya. Sama seperti paus, ikan raksasa ini juga menyemburkan air dari atas kepalanya. Jangan takut, hiu bintang bukanlah hiu ganas pemakan daging. Tidak hanya hiu bintang, di laut ini pun masih sering terlihat ikan paus berenang serta ratusan lumba-lumba yang sering memamerkan “tarian”  kepada nelayan setempat. Sungguh menakjubkan!
            Bila datang ke Ujung Genteng, jangan sampai tidak mampir di Penangkaran Penyu Pangumbahan. Di sinilah pasir pantainya begitu putih dan halus. Mereka yang datang dapat berkesempatan ikut melepaskan anak-anak penyu yang baru menetas ke laut lepas. Tapi awas, buat yang bertangan jahil dan berniat membawa salah satu anak penyu, diancam hukuman 5 tahun penjara dan denda Rp 150 juta, karena penyu termasuk hewan yang dilindungi negara.


Penangkaran Penyu Pangumbahan (dok.internet)

            Begitulah, bila memang Anda mencari satu destinasi wisata yang menawarkan banyak sekali keindahan alam, Ujung Genteng tempatnya. Pemerintah daerah setempat seharusnya mulai menyadari potensi yang dimiliki Ujung Genteng, sehingga akses menuju ke sana dapat segera diperbaiki. Tentunya bila itu terwujud, para pecinta alam dapat dengan mudah kembali ke surganya dunia, Ujung Genteng, Jawa Barat, untuk menikmati pemandangan matahari terbenam yang memukau.

Sunset at Ujung Genteng (dok. blackberryratih)

Me at Ujung Genteng 

Rabu, 16 November 2011

Taiwan Touch My Heart

 Ketika undangan dari Taiwan Visitors Association datang , saya sungguh excited. Karena, inilah pertama kali saya mengunjungi pulau kecil yang merupakan bagian dari Republik China tersebut. Penasaran seperti apa Taiwan itu, apakah banyak yang bisa dilihat di sana, menimbang ukurannya yang hanya memiliki panjang 94 kilometer (245 mil) dan lebar 144 kilometer (89 mil).
            Namun ternyata, Taiwan memiliki keindahan yang memukau, yang wajib dijelajahi oleh para turis yang berkunjung ke sana. Saya memang sangat beruntung karena datang ke sana atas undangan resmi dari tourism board mereka, sehingga saya berkesempatan mengunjungi obyek-obyek wisata Taiwan yang memang keindahannya menyentuh hati. Moto pariwisata Taiwan, “Touch Your Heart”, bukan omong kosong belaka.
            Saya mencoba memberikan gambaran terbaik bagi Anda yang memasukkan Taiwan ke dalam list negara yang wajib dikunjungi untuk berlibur. Dan, bagi Anda yang belum kepikiran untuk datang ke sana, semoga guide yang saya tulis berikut ini akan menyentuh hati Anda untuk segera menjadwalkan liburan ke sana.

Taiwan 101 & Shihlin Night Market
 Saat pesawat mendarat di Taoyuan Internasional Airport, Taipei, pemandangan langit yang berawan akan menyambut Anda. Cuaca seperti itulah yang saya rasakan ketika pesawat China Airlines yang saya tumpangi dari Jakarta ke Taiwan tiba di sana. Taiwan adalah negara dengan empat musim. Di luar winter, cuacanya akan selalu berawan dengan suhu 12°C-20°C. Ketika itu, akhir Februari, adalah pergantian musim dari musim semi menuju musim panas.
            Taipei, yang adalah ibukota Taiwan, menawarkan city view yang menarik. Perjalanan dari airport menuju pusat kota melewati daerah industri, tidak jauh berbeda dengan yang kita lihat di Jakarta, dari Cengkareng menuju pusat Jakarta. Namun, begitu memasuki pusat Taipei, barulah terlihat perbedaan signifikan dengan Jakarta.
Taipei begitu bersih, teratur, udaranya sejuk dan fresh, dengan sarana transportasi publiknya yang sangat apik. Hanya satu yang perlu Anda perhatikan, lalu lintas di sana agak rumit. Apalagi mobil Taiwan memiliki kemudi di sebelah kiri. Bagi yang tidak terbiasa, bisa jadi akan sering ditilang oleh polisi lalu lintas, yang memang banyak terlihat berjaga di jalan-jalan utama Taipei.
Jangan sampai Anda sama sekali tidak menjelajahi kota ini. Karena, hanya dengan menelusurinya saja, Anda akan mendapatkan pengalaman city tour yang menyenangkan. Mulai dari restoran-restoran yang banyak tersebar di Taipei, yang menghidangkan makanan tradisional mereka, seperti bambu, seafood, ayam, dan bebek. Oh iya, bagi Anda pemeluk agama Islam, Anda wajib untuk memberitahu pelayan restoran di sana, karena kebanyakan makanan di Taiwan mengandung babi.
Salah satu pusat jajanan tradisional yang harus dikunjungi saat di Taipei adalah Shihlin Night Market. Area parkir indoor yang sangat luas, “disulap” menjadi pusat jajanan tradisional. Mungkin hampir seluruh penduduk kota Taipei tumpah ruah di sana untuk menikmati makanan-makanan yang sangat lezat, seperti scramble eggs with scallops, white snow ice cream, dan stinky tofu.

Namanya juga night market, Anda baru bisa ke sana ketika malam menjelang sampai tengah malam. Selain makanan, di trotoar sepanjang jalan Shihlin, berjajar pedagang yang menawarkan beraneka ragam barang dagangan, mulai dari busana, aksesori fashion, sampai mainan anak-anak. Harganya pun sangat terjangkau.
Satu lagi yang wajib didatangi saat Anda di Taipei, adalah Taipei 101. Gedung pencakar langit yang merupakan gedung perkantoran dan mal terbesar di kota itu memiliki 101 lantai. Ini termasuk unik, karena Taipei adalah kota yang rawan gempa. Struktur bangunan dan arsitekturnya memang disesuaikan dengan hal tersebut.
Taiwan 101 dibuka untuk umum. Anda bisa naik ke lantai 88, di mana di sana disediakan earphone yang akan menjelaskan bagian Taipei yang terlihat dari atas sana. Anda juga bisa membeli oleh-oleh khas Taiwan di atas gedung pencakar langit ini. Sangat menyenangkan.



Alishan Mountain
            Inilah uniknya Taiwan, walaupun merupakan negara kepulauan, tapi Taiwan memiliki komplek pegunungan yang mengelilingi negara ini. Salah satu yang paling terkenal adalah Alishan Mountain, atau dikenal dengan nama Ali Mountain. Di sana terdapat tea plantation dan bamboo forest yang sangat luas. Udaranya yang sangat sejuk dan fresh dapat membuat Anda rileks.

            Di sana terdapat sacred tree atau pohon yang disucikan, yang kabarnya berumur lebih dari 3.000 tahun. Selain itu, pemandangan matahari terbit di pegunungan ini begitu memukau. “Pengorbanan” bangun saat subuh segera terobati dengan sunrise view yang indah sekali. Anda dapat datang ke puncak bukit Zhu, karena dari sanalah pemandangan matahari terbit terindah yang bisa Anda saksikan.
            Satu lagi obyek wisata andalan dari Ali Mountain, yaitu The Ali Mountain Forest Railway. Kereta api zaman dahulu yang masih dioperasikan sampai sekarang, melintasi pegunungan, menawarkan view tea plantation dan bamboo forest yang menawan. Dari 30 meter di atas permukaan laut, kereta akan menanjak ke ketinggian 2.450 meter di atas permukaan laut…menakjubkan, bukan?


Sun Moon Lake
            Ini dia tempat favorit saya di antara obyek-obyek wisata indah lainnya di Taiwan. Karena memang, di tempat inilah saya benar-benar jatuh hati akan keindahannya, cerita di balik keberadaannya, dan budaya masyarakat asli di sana. Sampai sekarang, saya masih sering kali terbayang akan view danau seluas 7, 73 kilometer persegi yang dikelilingi oleh pegunungan ini, memang benar sangat indah!
            Anda harus mengelilingi danau ini menggunakan yacht yang memang disediakan untuk para wisatawan Sun Moon Lake. Di tengah danau, terdapat pulau buatan yang kecil namun indah, sehingga setiap yacht pasti akan berlabuh di sana sesaat. Anda juga akan dibawa ke sebuah kuil yang berada di atas ketinggian, bernama Syuenguang Temple, yang dibangun tahun 1955. Anda harus menaiki ratusan anak tangga untuk sampai ke sana. Dipercaya, di kuil ini terdapat relik seorang pendeta Buddha terkenal dari zaman Dinasti Tang, Syuenguang.
            Selain Syuenguang Temple, di Sun Moon Lake terdapat sebuah kuil yang merupakan kuil terbesar di Taiwan, yaitu Wunwu Temple. Dikenal juga dengan nama Mountain Gate Temple, karena letaknya yang berada di atas gunung menghadap ke danau, yang disimbolkan sebagai gerbang menuju pegunungan tinggi. Anda bisa mencoba meramal peruntungan di kuil ini. Percaya atau tidak, itu tergantung Anda sendiri.

            

New Zealand - Summer in Winter Wonderland

Saat hampir di semua belahan dunia sedang menikmati hangatnya sinar matahari, saya berkesempatan mengunjungi South Island New Zealand yang sedang dilanda musim dingin yang mencapai puncaknya di bulan Juli 2011 lalu. 

Saatnya Persiapan!
            Sebelum berangkat, penelitian kecil-kecilan saya lakukan untuk mempermatang persiapan perjalanan ke New Zealand, 18-23 Juli 2011. Mulai dari nilai tukar rupiah, cuaca di sana, sampai tempat-tempat yang tertulis dalam itinerary yang sudah dikirimkan AirAsia sejak 2 minggu sebelum tanggal keberangkatan.
Dalam hal mata uang, 1 NZD (New Zealand Dollar) = Rp 7.500 saat itu. Buat Anda yang setelah membaca cerita saya tentang “negeri dongeng” ini dan tertarik untuk berlibur ke New Zealand, ada baiknya untuk menukarkan rupiah ke NZD di Indonesia. Karena bila menukar setelah sampai di sana, saya agak ragu dengan nilai tukar Rupiah di sana.
Atau, tukarkan ke Dolar Australia terlebih dahulu kalau memang Anda tidak menemukan money changer yang memiliki NZD. Karena, berdasarkan pengalaman pribadi, jarang sekali money changer yang memiliki NZD di Indonesia. Saya saja baru berhasil menukarkannya di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
 Untuk cuaca, kebetulan di New Zealand, bulan Juli adalah puncak dari musim dingin yang sudah mulai sejak sebulan sebelumnya. Saya diingatkan  untuk membawa pakaian yang banyak serta kelengkapan musim dingin yang diperlukan seperti jaket, sarung tangan, topi, dan kaus kaki. Now, i’m ready to explore Southern Alps, New Zeland!

Welcome to Southern Alps, New Zealand!
            AirAsia X, yang berbasis di Malaysia, telah membuka rute penerbangan menuju ke Christchurch, New Zealand. Dengan maskapai penerbangan itulah saya berangkat menuju ke New Zealand, dengan transit di Kuala Lumpur terlebih dahulu. Waktu penerbangan yang ditempuh mencapai kurang-lebih 12 jam, dari Jakarta menuju Christchurch (tidak termasuk saat transit di Bandara LCC Kuala Lumpur, Malaysia).
            Terdapat perbedaan waktu sekitar 5 jam lebih maju di Christchurch. Bersama dengan rombongan jurnalis dari Malaysia, Thailand, Singapura, dan India, kami tiba di Bandara International Christchurch, New Zealand. Cuaca dingin dan berangin langsung menyambut kami ketika keluar menuju bis dari Kea Tours. Kami pun langsung menuju Terrace Down High Country Resort yang berada di kaki gunung Mt. Hutt.

Mt. Hutt dan Rakaia River

            Mungkin karena baru hari pertama menginjakkan kaki di New Zealand dan langsung disambut cuaca dingin yang mencapai 5 derajat Celcius, saya langsung merasa rindu pada udara panas Jakarta. Dinginnya terasa sangat menggigit. Apalagi kami diajak untuk berkeliling Terrace Down dengan menggunakan mobil golf yang terbuka. Brrrr...!
Namun, pemandangan indah Mt. Hutt dari Terrace Down High Country Resort membuat saya melupakan rasa dingin tersebut. Pegunungan bersalju dengan seburat warna merah muda sebagai latar belakangnya, sungguh seperti lukisan yang mewujud nyata di depan mata. Belum lagi Rakaia River, sungai di kaki Mt. Hutt dengan air biru jernih yang berasal dari salju yang mencair, memantulkan semburat warna pelangi yang luar biasa indah.
Pemandangan menakjubkan itu pulalah yang terlihat jelas dari jendela kamar saya di Terrace Down. Dengan konsep vila keluarga berkamar dua (saya sekamar dengan jurnalis dari Thailand) dengan konsep bangunan dan interior modern minimalis serta berkonsep pedesaan, Terrace Down menjadi pilihan tepat bagi para keluarga yang ingin berlibur di Mt. Hutt. Makan malam di Avoca Restaurant, Terrace Down High Country Resort semakin menyempurnakan hari pertama saya di sana.


Keesokan harinya, yang merupakan hari kedua saya di Southern Alps, saya bersiap untuk melakukan petualangan ala SouthAlps di Rakaia River. Kami pun dibawa menuju tepi Rakaia River untuk melakukan Jet Boating. Ya, jet boating! Menyusuri Rakaia River dengan perahu mesin berkecepatan tinggi, melewati tebing dan dasar sungai yang penuh bebatuan.
Saya sempat ragu untuk ikut kegiatan ini. Namun, begitu rombongan pertama selesai, mereka turun sambil menggigil dan berteriak “Seru! Kamu harus coba!” membuat saya memutuskan untuk ikut, dan saya tidak menyesal. Menikmati adrenalin yang mengalir cepat karena ngebut di sungai yang dangkal, menikmati dinginnya angin yang menerpa wajah, serta menikmati cipratan-cipratan air yang membekukan! It’s fun!

Mt. John dan Lake Tekapo
            Badan saya sudah mulai menyesuaikan cuaca dingin South Island, New Zealand, di hari kedua. Dengan pakaian berlapis-lapis, saya siap melanjutkan aktivitas menjelajahi Southern Alps yang memesona. Sepanjang perjalanan menuju Lake Tekapo, salah satu danau terindah di South Island, pemandangan pegunungan bersalju Alpine, hamparan padang rumput lengkap dengan gerombolan domba-domba yang sedang merumput, menjadi teman seperjalanan saya.
            Danau yang berada di dataran tinggi Mackenzie District disebut sebagai Lake Tekapo, memiliki warna turquois yang menakjubkan. Ini dikarenakan air yang berada di danau tersebut berasal dari glacier, serta dikelilingi oleh pegunungan bersalju yang memantulkan cahaya matahari ke air danau Lake Tekapo. Saya yang tidak memiliki keahlian fotografi dapat menciptakan hasil foto yang tidak kalah dengan fotografer profesional karena obyek foto yang begitu indahnya.


            Satu lagi obyek yang semakin menambah keindahan Lake Tekapo dan menjadi satu kesatuan dengannya adalah Church of the Good Sheperd. Sebuah bangunan gereja sederhana yang terbuat dari batu, yang terletak tepat di tepi Lake Tekapo, dibangun pada tahun 1935. Dari jendela altarnya, kita dapat melihat pemandangan indah SouthAlps yang terbingkai sempurna. Gereja ini sering kali digunakan untuk upacara pernikahan karena keindahannya.


            Kali ini saya bermalam di resor terbaik di Mackenzie District, Peppers Blue Waters Resort. Hampir sama seperti di Terrace Down, luxury villa bergaya modern dan menawarkan view Mt. John di kejauhan. Konsep resor modern dengan tipe duplex one bed room, menjadi “rumah” saya untuk satu malam.
Lucunya, saya bertemu dengan Putu Anggriasa, Housekeeping Manager Peppers Blue Waters Resort, yang berasal dari Bali dan telah bekerja di sana selama 4 tahun. Pak Putu sangat senang bertemu dengan kami, jurnalis dari Indonesia, karena begitu jarangnya orang Indonesia yang berkunjung ke sana. Dengan keramahannya, menginap di Peppers Blue Waters semakin terasa menyenangkan.
Tepat pukul 00.00, di saat udara dingin sudah menembus minus derajat Celcius, saya dan rombongan bergerak menuju Mt. John Obstervatory for an Earth and Sky untuk melakukan Stargazing Tour. Tanpa diterangi cahaya sedikitpun, saya menuju puncak Mt. John untuk melihat bintang di langit malam.
Sayangnya, cuaca saat itu sedang mendung sehingga hanya sedikit bintang yang bersinar. Ditambah, kami harus fokus berjalan di tengah kegelapan malam dan tanah licin bersalju, belum lagi rasa kantuk yang mulai menyerang, petualangan melihat bintang di puncak gunung Mt. John malam itu terasa begitu menantang.

Aoraki Mt. Cook, Salju, dan Flats
            Sebelum berangkat menuju gunung berikutnya, kami diajak menikmati beragam permainan seru di Alpine Spring & Spa, yang dekat dari Peppers Blue Waters Resort. Mulai dari ski, ice skating, ice chubbing, sampai berendam di kolam air panas. Sayangnya, saat itu saya sedang kurang sehat, sehingga hanya berperan sebagai fotografer, memotret teman-teman lain sambil ditemani secangkir cokelat panas.
            Dari Alpine Spring & Spa, kami bergerak menuju Mt. Cook, gunung tertinggi di Pegunungan Alpine. Yang tadinya sepanjang perjalanan adalah hamparan rumput hijau, mendekati tujuan, sisi jalan berubah menjadi hamparan salju yang putih menyilaukan. Saya sangat bersemangat kali ini, karena jujur saja, ini adalah pengalaman pertama saya berada di tengah-tengah hamparan salju yang luas.
            Kami langsung menuju ke The Hermitage Hotel, Aoraki Mt. Cook. Sebelumnya, mampir dulu di The Old Mountaineers’ Cafe, Restaurant, and Bar yang terletak di area hotel untuk menikmati hidangan makan siang ala bule, seperti steak, fish and cips, juga burger. Setelah makan, saya pun menyempatkan diri untuk bermain salju bersama teman-teman yang lain, karena restoran tersebut dan The Hermitage Hotel benar-benar berada di tengah salju. Saatnya untuk norak dan bersenang-senang!


            Hotel ini merupakan tempat yang tepat bagi mereka yang ingin merasakan pengalaman total berlibur di Mt. Cook. Mulai dari kamar hotel premium, unit motel, sampai tempat menginap bagi para backpakers, ada di The Hermitage Hotel. Dilengkapi juga dengan toko penjualan suvenir, Anda bisa berbelanja oleh-oleh khas South Island dan Mt. Cook di sini.
Jangan lupa untuk mengunjungi Sir Edmund Hillary Alpine Center, museum yang diperuntukan bagi Sir Edmund Hillary, yang telah berhasil menaklukan Mt. Cook dengan mendakinya di saat muda. Itulah yang kami lakukan, menonton film 3 dimensi yang menceritakan tentang asal muasal terbentuknya Mt. Cook dari legenda masyarakat asli, sampai berbelanja suvenir di The Hermitage Hotel dan juga menikmati makan malam yang nikmat di sana.
Keesokan harinya yang merupakan hari terakhir kami di New Zealand, adalah hari untuk pengalaman paling seru yang akan dilakukan. Dari hotel, saya dan rombongan menuju Mt. Cook Airport, sebuah bandara kecil untuk pesawat ski. Ya, kami akan terbang menggunakan pesawat ski dan helicopter, menjelajahi Mt. Cook dari udara dan mendarat di atas glacier.
Saya kebagian terbang menggunakan ski planes. Ini merupakan pengalaman yang tak akan saya lupakan. Sepatu kets yang biasa saya gunakan rusak, sehingga saya terpaksa menggunakan sepatu flat tipis dengan hanya 1 lapis kaus kaki. Begitu mendarat di glacier di atas Mt. Cook, saya mencoba untuk turun dan melangkah di hamparan salju, kakipun terpendam sampai batas mata kaki.
Rasanya sungguh luar biasa, beku dan kesemutan. Jadi, saya satu-satunya orang yang duduk diam di pesawat ketika yang lain asyik bermain salju di tengah suhu -10 derajat Celcius. Nasib, oh nasib! Teman-teman jurnalis, pilot, serta rekan dari Tourism New Zealand menyebut saya dengan “the hero that only wearing flats in the middle of snow”...hahaha!



Christchurch dan Kiwi
            Saatnya kami kembali ke Christchurch. Oh iya, sekadar informasi, petugas airport Mt. Cook berhasil memperbaiki sepatu kets saya hanya dengan permen karet! Sehingga saya dapat kembali beraktivitas tanpa takut kaki menjadi beku. Dari Mt. Cook, kami menuju Chirstchurch untuk mengejar penerbangan terakhir menuju Kuala Lumpur di hari yang sama.
            Sebagai negeri burung Kiwi, rasanya belum ke New Zealand bila tidak bertemu dengan ikon negara tersebut. Walaupun hanya sebentar, saya diajak ke Willowbank Wildlife Reserve and Ko Tane, tempat penangkaran dan budi daya burung Kiwi. Setelah itu, Mathew, pemandu sekaligus supir kami dari Kea Tours mengajak kami berkeliling Christchurch.
Sungguh miris dan menyedihkan melihat kota yang dipenuhi bangunan antik bersejarah rusak karena gempa berkekuatan besar dan banyak memakan korban jiwa. Salah satunya adalah gereja katedral yang berusia ratusan tahun yang terpaksa harus dirobohkan karena sudah tidak dapat diperbaiki lagi. Mereka juga mengakui, gempa tersebut bepengaruh negatif pada dunia pariwisata. Orang-orang takut untuk datang ke Christchurch. 
Saatnya kembali ke rumah masing-masing. Pengalaman menjelajahi “negeri dongeng” South Island, New Zealand, bagaikan mimpi bagi saya. Keindahannya tidak tertandingi. Mungkin itulah sebabnya South Island dijadikan lokasi syuting film trilogi “Lord of The Rings” karena memang benar-benar mencerminkan keindahan alam middle earth yang sempurna.